Mencari tau ilmu

Tugas kali ini saya berkesempatan mewawancarai seorang atlite disabilitas yang mengikuti salah satu lomba di ajang Asian Para Games, dan tulisan ini berisikan bahasan tentang persepsi disabilitas di Asian Para Games ini. Disini banyak sekali yang di perlombakan, tapi saya hanya menyaksikan salah satu pertandingan langsung. Tepat di depan Stadion Utama Gelora Bung Karno atau lebih dikenal dengan sebutan GBK, terlihat lalu-lalang beberapa orang dari berbagai macam negara, tapi yang lebih dominan ya orang-orang kita sendiri, indonesia, yaialah tandingnya disini, orang-orang sangat antusias sekali untuk mendukung negaranya masing-masing, dari mulai beratribut sesuai negaranya, berkostum heboh/meriah, bahkan anak-anak yang baru pulang sekolah pun ada yang mendukung, saat itu kebetulan saya satu tibun atau satu deretan bangku dengan atlit yang berasal dari malaysia yang mengikuti cabang olahraga para atletik, beliau sedang berada tribun untuk menyaksikan sisa-sisa pertandingan Asian P

Selamart datang   pengunjung setia, jumpa lagi bersama saya, pada tulisan   kali ini saya akan membahas tentang   persepsi orang-orang terhadap sebuah gambar mural, oh ya ditulisan saya ini, saya juga meminta   beberapa sudut pandangan dan persepsi dari setiap orang yang berbeda-beda mengenai mural yang akan saya bahas, ettt sebelum masuk pada pembahasan, saya hanya ingin memastikan   bahwa mural itu bukan graffiti, mural dan graffiti itu berbeda, ya.. memang mural dan graffiti sama-sama dieksekusi disebua media dinding, lalu apa perbedaannya? Mural sendiri itu lebih kepada suatu luapan ekspresi, yang dituangkan dalam bentuk karya seni, gambar yang dibuat selalu lebih bebas dan luas, sedangkan graffiti hanya bermain di gambar dan bentuk berupa tulisan atau kata-kata saja, oke deh tanpa berlama-lama lagi langsung saja kita masuk pada awal pembahasan tulisan ini. secara umum mural ini adalah sebuah bentuk dari sebuah ekspresi   yang di tuangkan kedalam bentuk seni, yang dimana di l

Selamat datang di tulisan saya yang kedua, nah di tulisan kali ini, saya akan melakukan pembedahan sebuah makna dari pada puisi milik Chairil Anwar berjudul DOA yang dikaitkan dengan sebuah prinsip teori gestalt , tulisan ini tercipta dari hasil pemikiran sendiri yang saya intepretasikan dari setiap pengalaman dalam bentuk persepsi saya, untuk itu baca baik-baik, cermati, renungkan, koreksi dengan bijak dan seksama agar mendapatkan sebuah makna dan pemikiran dari tulisan saya ini, ok mula-mula saya akan menjelaskan sedikit tentang doa dan apa itu gestalt agar nantinya dapat membantu dalam menjabarkan makna dari puisi yang akan saya bedah ini. DOA ? ya doa, doa adalah hakikat dari sebuah ibadah dan penampakan dari sebuah bentuk yang paling khusus, karena di dalamnya terdapat upaya untuk kembali dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT, Allah SWT berfirman:  “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari men

Selamat datang di tulisan pertama saya mengenai “Pengalaman Persepsi manusia”, tulisan ini tercipta dari pemikiran sendiri dan didukung oleh pemikiran beberapa sumber, untuk itu tolong jangan langsung diterima mentah mentah tulisan ini, renungkan, cermati, koreksi dengan bijak dan seksama agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat,  ok pertama-tama akan saya  jelaskan sedikit tentang apa itu pengalaman dan persepsi terlebih dahulu, dan perlu diketahuai sebelumnya bahwa pengalaman dan persepsi itu saling berhubungan / berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karna hakekatnya persepsi akan membangun sebuah pengalaman, Persepsi akan diterima melalui tindakan dalam kesehari-harian, Maka Dari proses inilah yang akhirnya akan memperkuatkan pengalaman untuk membentuknya , jadi melalui hal tersebut pengalaman persepsi manusia dapat tercipta sehingga dari terbentuknya persepsi tersebut akan di dapatkan sebuah pengalaman baru. Puyengkan, muter-muter gitu, ok lanjut!. Pengalaman, pengalaman itu send